SELAMAT DATANG,KAWAN
SELAMILAH JEJAKKU DI SINI

Minggu, 25 Agustus 2013

ISTIQOMAHLAH !

(KULTUM YANG SAYA SAMPAIKAN KEMARIN PADA LIQO' SYAWAL INTERNAL HTI PALEMBANG/25/08/2013) :)

Alhamdulillah, kita dapat dipertemukan oleh Allah dalam acara liqo’ stawal yang insha allah dalam keadaan yang berbahagia, Bagaimana tidak bahagia berkumpul bersama saudara-saudara yang punya pemikiran yang sama, perasaan yang sama, untuk bersama-sama menegakkan aturan yang sama yaitu tegaknya aturan Islam dalam bingkai daulah Khilafah Islamiyah.

Hari ini kita berkumpul di sini guna menguatkan ukhuwah untuk saling menyemangati dalam dakwah. Karna itulah kenapa Allah menyuruh kita berjamaah. Islam tegak bukan oleh individu –individu tetapi oleh jamaah.
Umar bin Khattab pernahberkata: “Wahai masyarakat Arab, tidak ada islam kecuali dengan jama’ah, tidak ada jama’ah kecuali dengan kepemimpinan,dan tidak ada kepemimpinan kecuali dengan ketaatan”
(HR. Bukhari)

Saya ingat sywal tahun lalu, saya masih berkumpul dengan teman-teman satu halqoh saya. Kami berlima. Tapi hari ini, tinggal dua yang masih bertahan dalam jamaah ini. Dan lihatlah apa yang terjadi setelah teman-teman saya itu sedikit demi sedikit meninggalkan jamaah ini.

Dengan maksiat mereka tiada malu lagi. Maka betapa sedihnya saya ketika tahu teman dekat saya memenuhi nau’nya dengan cara yang tidak disyari’atkan Islam. Mereka pacaran, mereka sama dengan orang-orang kebanyakan. Padahal mereka tahu hukum pacaran itu haram. Setelah lepas dari jamaah mereka berani bisnis multi level marketing, padahal sudah dijelaskan oleh musrif bahwa mlm itu haram.
Benarlah kata Rasul," Sesungguhnya serigala akan memakan kambing yang sendirian."
(HR. Ahmad, Abu Daud dan an-Nasa’i)

Dan kita yang di sini pun tidak ada yang menjamin akan bertahan pada jalan mulia ini. Siapa yang bisa menjamin? Bukanmusrif, bukan asdir, bukan mas’ul, melainkan diri kita sendiri.

Saya ingat teman halqoh saya pernah berkata sebelum dia meninggalkan jamaah. “Andai pun saya tidak bergabung dengan harakah, namun saya berkomitmen untuk terus mengemban dan meyakini ide-ide harakah. Saya hanya tidak bersama jama'ah, namun tetap ideologis."

Hebat ya? Bisa menjamin dirinya. Menjamin apa? Dia tidak sadar kalau dia sedang menjanjikan kemaksiatannya. Dari awal saja sudah beranda-andai untuk keluar maka itu yang terjadi. Maka yang bisa menjamin kita tetap ada di sini adalah kita sendiri. Sebab apa, semua sudah dijelaskan. Mulai dari akidah sampai dakwah. Karena itu kita bisa menjadi darits setelah dianggap sudah memahami dan sudah mengetahui konsekuensinya.Namun yang bisa menjamin tetap diri kita sendiri.Mau tetap di jalan ini atau memilih pilih jalan yang lain itu terserah kita. Karena Allah tidak butuh kita tapi kita yang butuh Alllah. Dakwah tidak butuh kita tapi kita yang butuh dengan dakwah. Khilafah tidak butuh kita tetapi kita yang butuh Khilafah.

Saya punya cerita, tersebutlah seorang atlet renang yang akan menyebrangi sungai Barito yang luasnya 900 m. meter demi meter ia lewati dengan mudah, sampe 10 meter ia masih bisa melambaikan tangan pada teman-temannya di tepi keberangkatannya.

Memasuki meter ke-500 ia mulai kelelahan namun masih melanjutkan perjalanannya. Memasuki meter  ke 700 nafasnya mulai tersengal, kayuhannya mulai lemah, tetapi dia masih bersemangat melanjutkann perjalanan.
Memasuki meter delapan ratus, ia mulai menyerah, meski begitu ia terus melaju. Jarak seratus meter yang tersisa, terasa begitu jauh di matanya yang berkunang-kunang.

Tepat di meter ke 890, ia benar-benar tidak sanggup lagi untuk melanjutkan penyeberangan. Padahal tepi sungai tinggal sepuluh meter lagi. Karena tidak sanggup meneruskan penyeberangan, ia memutuskan kembali, berbalik arah, dan berenang ke tepian sungai tempat ia memulai penyeberangan.

Kata apa yang tepat untuk atlet renang ini," Konyol","bodoh". Alangkah bodohnya kita yang sudah berada pada jamaah yang dirihoi Allah ini tetapi harus kembali pada titik semula. Pada masa lalu kelam kita.


Jika kita baratkan tepi keberangkatan si perenang adalah masa kelam kita, dan tepi tujuan adalah husnul-khatimah kita, bukankah konyol jika mundur ke belakang, meninggalkan perjuangan, dan kembali pada kondisi awal sebelum kita berjuang. Bukankah itu lebih konyol?

Jika kita menyadari bahwa semakin hari umur kita semakin menuju penghujungnya, seharusnyalah kita meyakini bahwa perjalanan kita akan segera berakhir. Seharusnyalah kita meneruskan perjuangan hingga ke ujungnya. Pantang berhenti, apalagi mundur ke belakang. 


Karena itu ikhwah, saya yakin kita semua di sini bertekad untuk istiqomah. Namun istiqomah itu tak cukup dengan kata-kata. Karna itulah saya berusaha untuk tetap istiqomah dengan cara saling menguatkan dalam dakwah, yaitu dengan mencari teman sejati alias menikah. Dalam kesempatan ini jugalah saya mengundang syabab semuanya untuk dapat menghadiri pernikahan dan resepsi acara saya pada tanggal 1 september 2013.

Mungkin itu saja,
Jika ada jarum yang patah
Jangan disimpan dalam peti
Jika ada kata-kata yang salah
Jangan dilaporin ke polisi


.

INSPIRASI UNTA

Wa ilal ibili kayfa khuliqat."
Setiap sholat jumat. Biasanya kita mendengarkan ayat tersebut dibacakan dengan merdu oleh imam. Namun, pernahkah kita merenungkan maknanya?

***

Makna dan terjemah adalah dua hal yang berbeda. Terjemah dari ayat tersebut adalah,
"Dan unta, bagaimana ia diciptakan?"
Sudah, begitu saja. Selesai. Itulah terjemah.
Adapun makna, ia jauh lebih mendalam dari sekedar mengubah kata Arab menjadi kata Indonesia. Makna, memerlukan perenungan yang serius. Dan sebelumnya, diperlukan pula pencermatan terhadap fakta.

***


Sekarang, mari duduk sejenak bersama saya, merenungkan maknanya.

"Dan unta, bagaimana ia diciptakan?"
Setidaknya, ada dua pelajaran dari unta.

***

Pertama, ia dirancang memang untuk berjalan di padang pasir. Maka, kakinya tidak pernah terperosok saat melangkah.

***


Kedua, ia memang dirancang untuk perjalanan jauh. Sedangkan, sepanjang perjalanan belum tentu ditemukan air untuk membasahi tenggorokannya.
Maka, unta dilengkapi Allah dengan kantung penyimpanan air minum, yang mampu menampung berliter-liter air di punuknya. Itu bekal yang cukup untuk perjalanan beberapa hari tanpa minum.

***

Pelajarannya?
Ya... bukankah unta akan melakukan perjalanan panjang? Dan bukankah sepanjang perjalanan itu belum tentu ada kesempatan untuk minum? Dan bukankah unta telah menyiapkan bekalnya, sebab ia tahu bahwa saat ini adalah satu-satunya kesempatan untuk menyiapkan bekal, bukan besok atau lusa?


***

Lalu?

Bukankah perjalanan menuju akhirat adalah rute yang demikian panjang?

Bukankah setelah kita meninggalkan dunia ini, sama sekali tidak ada kesempatan untuk berkekal lagi?

Bukankah kita tidak tahu sedikitpun kapan kita akan meninggalkan dunia ini?

Bukankah itu berarti, satu-satunya kesempatan untuk menyiapkan bekal menuju akhirat, adalah hari ini?

***

Jika semua tanya itu terjawab dengan 'Ya!', lalu tunggu apa lagi? Berbekallah. Persiapkan amal terbaik yang bisa kita lakukan untuk agama ini.
Tunggu apa lagi? Lakukan sekarang, atau bisa jadi kita tidak akan sempat melakukannya lagi.

(Inspr by Ust Abu Hamzah)



Kamis, 20 Juni 2013

Rinduku, Rindu Dia, Rindu Kita


Aku membaca kerinduan dari setiap mata yang lelah karena menangis. Menangis karena beban yang bertumpuk-tumpuk. Menangis tetapi tiada tahu harus menumpahkan pada bahu siapa. Kepada siapa lagi? Yang diharapkan bisa memberikan madu kebahagiaan ternyata yang diberikan adalah racun penderitaan. Racun itu bertambah lagi ketika tuan-tuan yang dikira malaikat tertawa bersama menyeduhkan racun bernama kenaikan BBM.

Disinilah aku membaca kerinduan itu. Bahkan aku mendengar suaranya. Katanya aku rindu pada Suharto meski tak suka pada sistemnya. Mendengarnya membuat airmata ini jatuh. Apakah mereka tak tahu ada masa yang jika boleh aku menamainya setangah firdaus di dunia. 13 abad ia telah menaungi dunia. Dan dengarlah kerinduan-kerinduan ini.

Di masa itu tak ada yang inginkan zakat. Sekarang? manusia bertaruh nyawa demi antri bantuan langsung tunai.

Hanya ada di masa itu seorang pemimpin menangis jika ada kambing yang terperosok karena jalan tidak rata. Sekarang?

Hanya pada masa itu guru TPA saja digaji sebanyak 15 dinar atau setara 32 juta.

Hanya pada masa itu pendidikan dan kesehatan diberikan gratis tanpa pandang dulu. Kaya miskin sama saja.

Hanya pada masa itu, dalam naungannya selama 13 abad hanya terjadi +200 kasus potong tangan. Sekarang?

Hanya pada masa itu seoarang pemimpin berani berkata jika anakku yang mencuri biarlah aku sendiri yang memotong tangannya. Sekarang?

Hanya pada masa itu satu wanita yang diganggu, maka perang langsung diteriakkan.

Dan aku takkan mampu untuk menulis keindahannya lebih banyak di sini. Tapi paling tidak aku ingin mengajakmu merindu pada yang harusnya benar-benar kau rindukan. Karena jika kau tahu indahnya hidup di masa itu, kau akan sama denganku: menangis karena sangat merindukannya lalu memperjuangkannya.

Tentu saja  wajar jika aku menyebutnya setengah firdaus di dunia. Karena ia adalah sistem yang berasal dari yang menciptakan Firdaus. Ia adalah sistem dari yang menciptakan dunia dan seisinya. Ia adalah KHILAFAH.
Dan tersenyumlah, kawan. Mari ikut barisan memperjuangkan kembali Khilafah yang sama-sama kita rindukan.


Palembang, 18 Juni 2013



Tak Cukup dengan Mata, Tak Terang dengan Rasa


Kadang tak selalu apa yang dilihat mata menjadi pembenaran, sebab mata takkan mampu melihat dibalik dinding juga tak dapat melihat dalam kegelapan. Kadang pula tak cukup hanya bersandar pada perasaan, sebab perasaan lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan. Seperti tiga hari lalu yang telah saya catat sebagai penyesalan juga pengalaman.

Awalnya saya tak percaya ketika membaca brosur dari CintaQuran yang dengan tulisan besar menuliskan BISA MEMBACA ALQURAN HANYA DALAM WAKTU 6 JAM. Lalu logika mulai bergerak, perasaaan ajak untuk menolak.
” Ah tidak masuk akal. Bagaimana mungkin bisa baca qur’an dalam 6 jam. Saya saja belajar iqro’ butuh waktu berbulan-bulan. Ini pasti akal-akalan. Khayalan.”

Begitulah ketika mata tak mampu menjangkau yang jauh. Ketika perasaan menjadi sandaran perbuatan. Namun meski saya tidak percaya, saya tetap datang pada acara itu (apalagi dapat beasiswa.hehe). Setelah mengikuti jam per jam. Di 3 jam pertama saya sudah menyesal. 3 jam berikutnya lebih menyesal lagi. Di ruangan itu ada beberapa yang sebatang alif pun tak dikenal. Di ruangan itu ada beberapa yang belum bisa sambungkan huruf per huruf. Tetapi 6 jam berlalu, segalanya berubah. Yang tak kenal sebatang alif menjadi bisa membaca huruf yang telah tersambung.  Semula yang menurut saya tak masuk akal, tetapi menjadi sangat masuk akal ketika saya tahu metodenya.

Sesampai di rumah saya merenung. Sebuah pertanyaan keluar dari hati bertanya pada diri.

“Jika kamu seperti itu, apa bedanya dengan mereka yang meragukan tegaknya kembali Khilafah?”

Saya tersentak. Benar. Apa bedanya saya dengan mereka yang tak percaya. Yang mengatakan Khilafah itu mimpi. Khilafah itu ilusi. Apa bedanya?

Dari sini, kawan. Saya coba bagikan pelajaran. Sungguh aneh jika ada yang menyimpulkan isi dari sebuah buku, padahal memegang buku apalagi untuk membacanya saja belum. Tak elok rasanya menilai perjuangan saudara kita yang inginkan Islam kembali diterapkan sementara tak ikut memperjuangkannya.

Kenapa dahulu Islam Berjaya memimpin dunia? Karena para sahabat tak pernah bertanya "Apa mungkin bisa?". Tengoklah ketika Salman Al Farisi memberikan idenya untuk menggali parit pada perang Khandaq. Tak ada satu pun sahabat yang bertanya,” apa mungkin dengan menggali parit kita dapat mengalahkan musuh.” Yang keluar justru pertanyaan yang menurut orang tak beriman adalah pertanyaan gila. Apa pertanyaannya?
“Ya Rasul. Kota manakah yang dibebaskan lebih dulu, Konstantinopel atau Roma?” 

 Dua kota yang jika dipikirkan dengan logika pastilah yang keluar dari mulut adalah gila. Parit saja belum jadi sudah membicarakan penaklukkan kota lain. Tetapi sebutan-sebutan gila itu memang selalu terlontarkan kepada yang beriman. Karena  mereka percaya lebih dari apa yang mata lihat. Mereka tak jadikan perasaan sebagai sandaran. Karena apa saja yang termaktub dalam alqur’an itulah kebenaran. Begitupun, apa saja yang keluar dari Mulut Rasulullah itu sudah cukup meski satu milyar manusia mentertawakannya dan menganggapnya tak masuk akal.





Palembang, 19 juni 2013

Selasa, 14 Mei 2013

Generasi Khoiru Ummah Lahir di Muktamar Khilafah



   Palembang- Mata siapa yang tak haru melihat puluhan remaja membawa dan mengibarkan bendera Islam, Al-Liwa’ dan Ar-roya. Bibir siapa yang tak memuji kebesaran Allah saat ratusan remaja menggenggam Al-liwa dan Ar-roya sembari meneriakkan takbir. Inilah yang terjadi di Muktamar Khilafah Sumatera Selatan (12/5). Puluhan anak-anak SMP N 8 Palembang yang membawakan theatrical Parade Al-Liwa dan Ar-roya membuat ribuan peserta yang hadir takjub. Lalu theatrical dari anak-anak SMA 21 dan SMK Utama Bakti tentang kebobrokan demokrasi, sekulerisme, nasionalisme dan ide-ide kufur lainnya semakin membuat peserta terenyuh hingga ada yang meneteskan airmata. Namun setelah datang pejuang syariah dan khilafah dengan gagah membawa bendera Islam, seluruh peserta berdiri sembari bertakbir. Lagu Khilafah telah kembali semakin meneguhkan keyakinan bahwa janji Allah itu akan segera terpenuhi.
            Tak dapat dipungkiri, aksi theatrical yang dibawakan pelajar telah menghipnotis peserta. Menurut Ustad Mahmud Jamhur Ketua DPD 1 SUMSEL theatrical memberikan pengaruh lebih besar daripada orasi.
            “Jika dipersenkan. Orasi hanya memberikan pengaruh 40 %, sedangkan theatrical 60 %.” Tegasnya.
            Inilah generasi dambaan umat. Generasi Khoiru Ummah. Para remaja juga tak hanya menjadi pemain theatrical, terlihat juga peserta banyak yang dari remaja, bahkan banyak juga yang dari sekolah dasar. Kabar baiknya, remaja-remaja ini ingin sekali belajar di Hizbut Tahrir. Sekolah-sekolah yang datang memintakan kepada Hizbut Tahrir untuk membina murid-muridnya. 


Kamis, 18 April 2013

IJINKAN AKU JADI CAHAYA

SAAT RESAH DALAM GELAP:

Tuhan, ijinkan kubertanya
Untuk apa Kau ciptakan seorang oksa
Dari milyaran manusia jelas ia bukan siapa-siapa
Hanya mahluk kecil yang tak punya daya lagi nista
Padahal meski tak Kau hadirkan ia, Takkan membuat sepinya dunia
Lalu untuk apa Kau ciptakan ia?
Hanya membuatnya bergelimang dosa lalu masuk ke neraka
Karna Kau sendiri yang katakan bahwa dunia ini penuh tipu daya
Dan jelas seorang oksa mudah sekali terpedaya
Tak tahu tujuan hidupnya

NAMUN KINI CAHAYA ADA DI DEPAN MATA:

Tuhan, kusadari diri ini hanya sebutir debu di hadapanMu
Tapi aku tak ingin jadi debu yang dibawa angin lalu hilang dan berlalu
Aku mencari tujuan hidupku
Untuk apa Kau ciptakan aku?

Setelah mengorbankan jiwa dan waktu
Akhirnya aku mendapatkan jawaban bersumber dari kebenaran yang tercatat dalam kitabMu
Tak lain untuk mengabdil padaMu
Menjadi berarti bagi seluruh jiwa yang masih ragu padaMu
Karna itu Tuhan, ijinkan aku jadi cahaya di tengah gulita yang melanda bumiMu
Meski aku bukan Muhammad kekasihMu

Minggu, 17 Maret 2013

Apakah Jantungmu Tidak Vital?

Ada yang menggelitik dari acara Islamic Leadership Training for Students yang diadakan Lembaga Dakwah Sekolah Hizbut Tahrir Palembang (17/03/2013). Acara yang diadakan di alam terbuka (komplek dep. kehutanan) ini tak hanya menyampaikan materi-materi Islam tetapi juga diselingi games-games yang menyenangkan tetapi tetap mengandung pesan-pesan dakwah. Apa yang menggelitik? Yang menggelitik adalah ketika Ustad Yusmono sebagai salah satu pembicara menyuruh peserta menggambar dua gambar. Pertama peserta disuruh menggambar pemandangan. Alhasil semua gambar sama;gunung, matahari, ada padi dan tanaman. Sama semua. Kedua peserta disuruh menggambar alat vital. Sontak peserta terkejut. Namun tak ada peserta yang protes Dengan senyum-senyum geli peserta mengayunkan penanya ke buku. Tetap menggambar.

 “Saya sudah menduga ketika disuruh menggambar pemandangan pasti kalian akan menggambar gunung, matahari…Kenapa? Karena dari kecil sudah ditanamkan seperti itu. Kalau pemandangan itu ya itu. Padahal pemandangan itu banyak. Kenapa tidak menggambar pasar, mall, atau masjid. Bukankah pemandangan juga?” tanya Ustad Yus.

 “Lalu gambar yang kedua. Apakah jantung tidak vital? Paru-paru tidak vital? Mata? Kaki?... Inilah karena pemikiran kita sudah ditanamkan bahwa kalau alat vital itu ya itu. Kalau gambar pemandangan ya gambar gunung. Seperti jika  orang menyebut teroris yang terbayang oleh kita pasti seorang muslim, berjengot, istrinya bercadar. Ternyata banyak istilah yang salah yang harusnya kita kritik. Karena istilah-istilah yang salah ini kita jadi takut untuk belajar Islam. Mau ke masjid takut dibilang teroris. Karena sudah dicekcoki dalam pemikiran kita bahwa demokrasi itu benar, nasionalisme itu baik, maka kita tidak akan terima jika ada yang mengatakan demokrasi adalah sistem kufur.  Padahal itulah kenyataannya.“

Peserta pun saling tertawa dan langsung mencoret gambar yang telah mereka gambar. Terakhir Ustad Yusmono mengajak peserta untuk menjadi remaja dambaat umat yang punya jati diri sebagai muslim.  Acara yang digelar dari jam 09.00 hingga masuk ashar ini pun akan menghasilkan pejuang-pejuang baru untuk Islam. Terbukti seluruh peserta  siap dan sangat ingin mengkaji Islam rutin bersama Hizbut Tahrir Palembang.

Ustad Doni menjelaskan aturan main. Kalo ditanya apakabar jawabnhya? Alhamdulillah, Luar Biasa. Allahu Akbar
Adi Bayu dari SMK Swakarya menayakan bagaimana cara memegang prinsip hidup?
Kak Doni sedang memandu permainan dimana peserta menyepakati harus menyebutkan nama benda dengan bukan nama aslinya. Kak Doni dan teman-teman udah kayak anggota DPR saja buat aturan sendiri,masak iya air dibilang minyak tanah..huuu :)
Waduh2, pada ngapain tuh, ngelipet2 kertas jadi kecil2 gitu? :)
Ustad Yus sedang memandu permainan 'Tangkap Aku, Kau Kujitak' eh :)