SELAMAT DATANG,KAWAN
SELAMILAH JEJAKKU DI SINI

Minggu, 30 September 2012

Lomba Unsa-Kemenangan


Baru kali pertama saya mengikuti lomba dan menjadi peserta utama. Lomba Unsa Award yang dibuka september ini, akhirnya hanya mendapatkan 23 peserta. Mungkin karena syaratnya harus membeli buku unsa award tahun kemarin..Dan kebetulan saya ada bukunya karena di buku Setia Tanpa Jeda ada puisinya. Kali ini saya pun mengikuti kategori yang sama: Puisi. Saya pikir menulis puisi itu lebih mudah daripada cerpen. Tak perlu panjang-panjang. Dan akhirnya karena pesertanya pas 23, maka semua naskah dibukukan. Horee....

Ini dia pengumumannya :


KATEGORI CERPEN:

1. Lumense - Dwika Yonarsih
2. Perempuan Pilihan - Uda Agus
3. Pilihan Anak Jenderal - Muhammad Hasbi Ash Shiddiqy
4. Pelangi di Pelataran Senja - Ariany Primastutiek
5. Persembahan Cinta Untuk Ibu - Ragil Kuning
6. Lumpur Award – Sandza
7. Menangkumenang - QUS
8. Valere - Dedul Faithful
9. Una Vita - Budi Windekind
10. Jembatan Buya - Dafriansyah Putra
11. Katsu - Marlyn Christ
12. Nada – Nada Kemenangan- Ika Pratiwi,

KATEGORI PUISI:

1.Pada Teduhnya Malam - Oksa Putra Yuza
2. Perihal yang Membikin Kami Kuat--untuk Sebuah Kemenangan - Kemas Ferri Rahman
3. Fokus - Rescue Iffah
4. Deklarasi Kemenangan - Kurnia Hidayati
5. Sang Juara - HW Prakoso
6. Seribu Cinta, Kunang – Kunang - Liandi Prassetiyadi Al - Qurazhi
7. Kemenangan Dari Tuhan- Poppy Citra Dini Samosir
8. Dan Sebuah Kepuasan - Nenny Makmun
9. Kemenangan yang Tersisa - M. Maniro AF
10. Monolog Waktu - Diba Azzukhruf
11. Kemenangan di Akhir Ritual - A Shalihin MH,


KEPUTUSAN RESMI CREW UNSA UNTUK EVENT UNSA AWARD 2012.

-Semua naskah akan dibukukan dalam buku tahunan UNSA yang berjudul; “Mimpi Seribu Kemenangan”, ditambah dengan karya crew UNSA dan dewan juri.
-Setiap penulis akan mendapat buku tanda terbit+Royalti
-Juara 1 setiap kategori akan mendapat hadiah sesuai dengan info lomba.
-Juara favorit masing-masing kategori hanya dipilih 1 peserta, dari 2 peserta yang direncanakan. Hadiah akan disimpan untuk diberikan kepada Miss dan Mas UNSA Award 2012.
-Pengumuman pemenang akan diumumkan sesuai jadwal atau akan dipercepat jika sudah mendapat hasil dari dewan juri.

terima kasih,
-Crew UNSA

Humor1

‎"Bang, lagi ngapain?"
"Ngegambar."
"Ngegambar ape?"
"Segitiga sama kaki."
"Hebat lo bang, gue ngegambar segitiga sama tangan aje suseh."

"Bang, katanya jual mie ayam, koq gak ada ayamnya sih..???"
"Bawel lu Tong! Emang kalo lu beli obat cacing, ade cacingnye?"

"Bang, bener di sini cuci motor 24 jam?"
"Bener mas."
"Gak jadi ahh."
"Lha..kenapa emang?"
"Abis.., nyucinya lama amat ampe 24 jam, di-mana2 juga gak sampe 1 jam lagee."

DITILANG POLISI :
"Mana surat-suratmu?"
"Maaf pak, saya sekarang udah gak pake surat, saya sekarang pake email."

MIMPI :
"Gue mimpi dikejar-kejar anjing."
"Udahlah.. cuma mimpi. Ayo tidur lagi."
"Gak mau."
"Kenapa?"
"Takut anjingnya masih nungguin."

NANYA ALAMAT :
"Neng tinggal di mana?"
"Di rumah bang."
"Bukan itu, maksudnya rumahnya di mana?"
"Ya ditinggal lah bang, masa saya bawa."

NASI GORENG :
"Bang, nasi goreng sepiring berapa?"
"Waduh neng.., gak pernah saya itung tuh nasinya."

TOKO BURUNG :
"Pak, ini burung apa?"
"Kutilang."
"Kalo ini burung apa?"
"Perkutut.., mau cari burung apa dek?"
"Angry bird."

Sabtu, 29 September 2012

Mau Dikasih Makan Apa?


Pertanyaan yang sama selalu ditujukan ketika saya utarakan niat baik saya untuk berhenti menjomblo dengan jalan menikah. Saya sebenarnya ingin tahun ini juga menghentikan status jomblo ini. Tapi orangtua inginkan tahun depan saja. Meminjam lagunya Melly Goeslow " Sudah diubun-ubun cinta mengusik resah, tak dapat kumelawan walau hatiku menjerit." Ya, begitulah yang terjadi pada saya. Sungguh sendiri itu dosa, beristri itu pahala. Namun ternyata banyak yang terheran-heran dengan niat saya mengakhiri status menyakitkan ini. Aneh banget, coba kalo saya memutuskan untuk punya pacar, gak ada yang akan terheran-heran. Mereka bertanya seperti ini," Mau kamu kasih makan apa anak dan istrimu."

Itu pertanyaan benar-benar menyesakkan. Saya tahu mereka bertanya seperti itu kepada saya karna saat ini saya sedang tertatih-tatih mencari rejeki. Ngelamar kerja sana sini tak jua punya titik terang. Mencoba dengan jalan usaha, tak ada dukungan. Tapi saya tidak putus asa, saya selalu meyakini bahwa semua akan indah pada waktunya. Saya punya Allah yang sangat sayang pada saya meski saya masih sering hanyut dalam maksiat. Tapi saya meyakini, niat baik akan selalu diberikan jalan olehNya. You'll find the way, Mas Maher menyemangati saya dengan lagunya.

Menikah itu sangat disukai Allah dan pacaran sangat dibenci Allah. Pacaran rentan maksiat, menikah rentan rahmat(Ngutip status facebook teman). Sepasang suami istri yang saling menatap dengan nafsu, Allah akan menatap mereka dengan rahmat(ngutip di gramedia, bukunya lupa apa judulnya). Keren kan?
"Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui". (QS_An Nuur_32).

Itu kan, Lu percaya gak dengan Al-qur'an. kalo percaya kenapa lu takut gak bisa kasih makan anak istri.xixixi.

Masalahnya adalah kita masih jauh dengan Allah, sehingga kita tahu ada jaminan berupa janjiNya, tapi kita tetap ragu. Manusia selalu menghitung dengan logika, tapi hitungan Allah adalah 'kun faya kun'. Karena itu saya mengajak jamaah terkhusus saya sendiri untuk selalu meningkatkan ketakwaan pada Allah swt(udah kayak pembukaan khutbah jum'at aja).

An-nur: 32 telah terbukti oleh mata kepala saya sendiri. Ubak dan Umak saya menikah tanpa sepeser pun uang. Mereka tinggal di sawah warisan nenek. Tapi buktinya, kami bisa punya rumah, saya bisa kuliah. Masih gak percaya? :) Ayuk dan kakak ipar saya, saya ingat betul, setelah menikah mereka hanya jualan ikan di pasar, sekarang? sudah jadi bos ikan, karyawannya banyak, rumahnya mewah, anaknya yang masih SD udah dibelikan laptop.hehe. Semua akan indah pada waktunya.

Karna itu syawal depan, apapun yang terjadi, saya akan mengakhiri status jomblo ini. Please, jangan bertanya lagi,"mau kasih makan apa?". Jika ingin menunggu kaya dulu baru menikah, usia berapa kau akan menikah. Menikahlah, maka kau kan kaya.

Saya selau percaya, percaya, dan percaya. Meski saya masih jauh dariNya. Mari percaya selalu pada janji-janjiNya.

Jangan terpedaya jaman kacau seperti ini. Pacaran dibenarkan, menikah dipertanyakan. Aneh.


Jumat, 28 September 2012

AKU CEMBURU


Ada cemburu yang besar Ketika ibu mengatakan kalau aku sangat berbeda dengan kakak."Kau itu beda sekali dengan kakakmu. Kakakmu itu rajin, tidak pemalas." Itu cemburuku yang pertama.

Ada cemburu yang besar pada teman-teman sebaya, ketika mereka asik bermain, aku justru harus ke sawah, mencari keong mas, belalang, menjaga padi dari burung-burung.

Ada cemburu yang besar ketika ingin melanjutkan ke SMP di desa lain. Teman yang merupakan tetanggaku dengan tanpa meminta langsung dibelikan sepeda baru, sementara aku  disuruh menabung dulu.

 Ada cemburu besar, ketika yang lain sedang asik bermimpi indah, ketika ayam belum banyak berkokok. Tali kelambu sudah terlepas. Ayah membangunkanku dan menyuruhku belajar. Aku protes ini baru jam 4 subuh. Tapi Ayah tetap melakukannya hingga aku menjadi terbiasa.

 Ada banyak cemburu ketika aku bersama ayah dan ibu.
 Ada banyak protes yang hanya kupendam dalam hati.

 Tetapi, aku baru mengerti. Bukan hanya aku yang cemburu. Banyak yang cemburu pada ayah dan ibu. Mereka cemburu karena memiliki anak yang patuh dan taat. Aku pernah mendengarnya langsung "enak ya punya anak yang gak nakal-nakal. Gimana sih caranya?"

 Ayah dan Ibu.
Terimakasih telah banyak membuatku cemburu.
Cemburu itu indah.
Dan aku masih ingin diajarkan agar tetap cemburu.

 Aku cemburu pada mereka yang indah melantukan qur'an, menghapalkannya, dan mengamalkannya.
Aku cemburu pada mereka yang pandai berbicara di depan orang banyak hingga yang mendengar terpesona
Aku cemburu pada mereka yang punya banyak harta dan membelanjakan harta itu di jalanMu
Aku cemburu pada mereka yang tak kenal lelah menuntut ilmu dan mengajarkannya
Aku cemburu pada mereka yang bermanfaat untuk orang banyak
Sungguh, aku cemburu


HARI INI, HARI TERAKHIR AKU HIDUP




HARI INI, HARI TERAKHIR AKU HIDUP

Aku kini membiasakan diri untuk mengucapkan kalimat itu. Setiap bangun pagi, aku katakan pada diri sendiri bahwa hari ini adalah hari terakhir aku hidup. Dan ternyata, kalimat itu sangat ampuh. Bukan! bukan melemahkan. Kalimat itu justru seperti energi kehidupan yang sesungguhnya. Maka beberapa menit aku sempatkan menelpon di kampung, membersihkan tempat tinggal, dan mengirimkan sms-sms motivasi.

 Karena hari ini adalah hari terakhir aku hidup. Maka aku berusaha melakukan aktivitas semaksimal mungkin. Segala amanah tak lagi kutunda. Aku ingin orang-orang yang mengenalku menulis namaku dengan indah. Maka sebisa mungkin aku akan menjaga setiap kata-kataku. Jangan sampai lidah ini menyakiti perasaan orang lain. 

 Karena hari ini adalah hari terakhir aku hidup. Sebanyak mungkin aku akan berbagi. Berbagi apa yang kubisa. Tersenyum sebanyak mungkin. Memberikan perhatian pada teman-teman yang sakit. Karena itu aku takkan menolak ketika diberi amanah apapun itu. Aku akan bernyanyi untuk sebuah acara, aku akan jadi MC, aku akan menjadi PJ, dsb. 

 Karena hari ini terakhir aku hidup. Karena itulah kerinduanku semakin menggebu. Aku ingin segera bertemu denganNya. Karena itu aku ingin khusu' dalam sujudku. Karena itu aku menangis di sepertiga malamNya. Karena itu aku ingin selalu dekat denganNya, meski tak semesra kekasih-kekasihNya.

 Hari ini adalah hari terakhir aku hidup. Barangkali kau tak percaya. Tapi aku selalu percaya bahwa setiap hari bagiku adalah hari terakhir.

BUNGA KAMBOJA SI JEPUN BALI

Jika menyebut bunga kamboja, maka yang terbayang adalah kuburan. Maka wajar saja ketika teman saya mengajak bisnis di bunga ini, saya menjadi tersenyum. Untuk apa bunga kamboja? Kata teman saya untuk dibuat parfum. Parfum buat hantu ya? saya tanya dengan guyonan. Teman saya meyakinkan ini murni bisnis, tidak ada kaitannya dengan bisnis. Kamboja akan diekspor di luar negeri. Akhirnya saya tertarik, namun mencari bunga ini susah. Jangankan mau 1 ton, 1 kg saja belum dapat. Hem :)


Di bawah ini ada penjelasan tentang kamboja yang saya dapat dari blog: http://bali-dogen.blogspot.com/2011/04/bunga-kamboja-si-jepun-bali.html#.UGY-dpjA-Gw

Bunga kamboja adalah tanaman yang berasal dari Amerika Tengah. Walaupun berasal dari tempat yang jauh, bunga ini sangat populer di Bali dengan sebutan "bunga jepun". Bunga jepun di Bali dipakai untuk keperluan upacara agama.
Selain itu, bunga berkelopak lima yang tumbuh di kuburan ini mempunyai banyak manfaat, diantaranya:
1. Bunga kamboja dapat diseduh dengan teh atau tanpa teh, yang dipercaya dapat memberikan efek adem dan baik untuk pencernaan.
2. Bunga kamboja dapat dimasak sebagai pelengkap sayuran yang memberikan citarasa sedap.
3. Daun Kamboja bisa mengobati bisul bernanah. Caranya, ambillah daun Kamboja yang diolesi minyak kelapa kemudian tempelkan pada bagian yang sakit.
Selain dimanfaatkan untuk keperluan upacara agama, bunga kamboja atau bunga jepun memiliki nilai jual yang menjanjikan. Di pasaran, kamboja kering perkilo nya dihargai antara Rp 20.000 – Rp 40.000.
Dulu, bunga jepun yang berjatuhan berakhir di tempat sampah, tapi sekarang, bunga jepun yang gugur kemudian dikeringkan dan dijemur di bawah terik matahari selama 3 - 5 hari. Setelah kering, bunga ditumbuk dan diolah menjadi serbuk. Bahan baku ini dapat langsung dijual kepada pengrajin untuk campuran pewangi, dupa, dan campuran lulur di salon kecantikan.
Wah, ternyata bunga kamboja si jepun bali ini sekalipun tumbuh di kuburan yang terkesan angker dan mengerikan ternyata mempunyai manfaat dan nilai jual tinggi.

Rabu, 26 September 2012

Bidadariku


Dengan lantunan gaib yang dahsyat
Aku menyapamu hai sang keramat
Salam takzimku memberi hormat
Semoga kau tetap lekat
Untukmu berdoa para Malaikat

Dengan bisikan senandung hati
kurayu kau hai Azimat hati
kemarilah..dekap Aku seperti bayi
Aku rindu ciuman sang Bidadari
Wangi, bak bunga dari surgawi

Dengan udara mimpi-mimpi
kuajak kau menelusuri bumi
Lihatlah..itu negeri para pemimpi
Negerinya putra mungilmu ini
Jadi jangan tangisi,ini hanya ilusi yang pasti


Ayo Bidadari..
Ayo Menari.
Aku tunjukkan aksi,kau jangan sangsi
Aku tahu doamu sejajar dengan doa Nabi
Ayo menari
menari dengan untaian suci

Kau istimewa,jadi jangan sedih lagi
Bidadari bermata jeli tak ada arti
Kaulah Bidadari sejati

Ibu..kau bidadari itu
Sumpah..Kau Bidadari itu..


Aku Masih Kecil, Mak


Semalam aku ketakutan persis takutnya aku pada cerita kuntilanak yang menghuni pohon tua di dekat sungai Batang Hari. Aku menggigit bibirku kuat-kuat, ingin kuteriakkan,” aku masih kecil.” Aku masih kecil, memang. Baru beberapa bulan di SD N 1 Mengulak. Memakai sepatu saja aku belum bisa. Tetapi bisik-bisik kecil semalam memaksaku untuk menutup selimut lebih dalam.
“Puko, bangun, sudah siang. Sekolah kan?”
Oh Umak lupa kalau hari ini hari minggu. Sebenarnya hari apa pun, aku tidak pernah kesiangan. Bukan kesiangan, lebih tepatnya molor. Hari ini aku sengaja untuk tetap bertahan dalam kelambu. Aku masih ketakutan mengingat apa yang direncanakan Ubak dan Umak.
“Oh iya, hari ini hari minggu. Kamu tidak ikut kiaimu ke sungai. Biasanya kalian pergi ke sungai.”
Kiai? Gara-gara dia juga aku ketakutan seperti ini. Kiai sudah kelas lima SD. Makanya Ubak dan Umak merasa sudah waktunya untuk melakukan pemotongan. Memang. Tetapi tidak untukku . Aku masih kecil mak, bak.
“Ayo bangun, Nanti Ubakmu marah.”
“Aku masih kecil…” tanpa sadar aku berteriak.
“Eh, masih mimpi.”
Umak hanya tersenyum melihat tingkah anehku hari ini. Aneh? Merekalah yang aneh. Aku masih kecil, aku takut!!
Aku masih ingat apa yang Umak dan Ubak diskusikan. Aku belum tidur. Aku mendengarnya dengan jelas.
“Zani sudah kelas lima. Sepertinya sudah waktunya. “
“Lalu Puko?” tanya Umak.
Ubak sedikit berpikir, semenit kemudian tersenyum. Lalu ia membisikkan Umak. Umak pun tersenyum. Aku tahu apa yang Ubak bisikkan. Aku tahu. Aku akan disamakan dengan Kiai.
***
Entah bagaimana ceritanya, bisikan semalam sudah menyebar di seluruh gendang telinga. Teman-teman di kelas begitu kompak mengkerumuniku, persis seperti gerombolan semut yang hinggap di atas gula. Macam-macak ekspresi yang mereka mainkan. Ada yang terkagum-kagum menganggapku ksatria. Ada yang sangsi, mimiknya nampak ketakutan. Ada yang iri. Dan ada banyak ekpsresi lainnya.
“Hebat kau, Puko. Masih kecil sudah akan dipotong.”
Sontak saja semua tertawa. Wajar saja ada yang memujiku hebat. Soalnya mahluk yang berjenis kelamin laki-laki di kampungku belum ada yang akan sepertiku. Paling kecil kelas tiga. Sedang aku? Baru beberapa bulan di kelas satu.
“Semoga tidak terjadi apa-apa denganmu, teman.”   
Ucapan ini yang membuat ketakutanku semakin menjadi-jadi. Semoga tidak terjadi apa-apa. Ah, apakah mungkin orangtua akan membunuh anaknya sendiri. Tidak. Tidak mungkin.
“Puko, kau akan menjadi yang pertama di antara kita. Kami akan belajar darimu. Kami akan bertanya padamu. Sukses teman.”
Hoalah. Si Syafe’i omongannya udah kayak orang dewasa banget. Apa karena pengaruh cita-citanya yang ingin seperti Ustad Somad. Entahlah. Aku harus bahagia atau bersedih. Yang pasti aku tidak mungkin bisa lagi mencegah bisikan itu. Aku tahu Ubak. Keputusannya tidak pernah bisa terbantahkan.
Sementara kegiatan sehabis magrib hari ini nampak begitu berbeda dengan hari-hari yang lainnya. Wajah Ustads Somad begitu sumringah melihat Kiai dan aku. Aku dan Kiai begitu diistimewakan. Aku dan Kiai duduk di depan bersama Ustad Somad.
“Kalian tahu. Kenapa anak laki-laki diperintahkan untuk disunat?” tanya Ustads Somad.
“Biar bisa bertemu bidadari di syurga, Ustad,” jawab Syafe’i cepat. Ustad Somad hanya tersenyum. Lalu menceritakan betapa indahnya Islam itu. Islam begitu peduli pada manusia, sampai pada perintah pemotongan pun ditujukan untuk kebahagiaan manusia itu sendiri. Rasanya, tidak perlu  aku menceritakan apa yang disampaikan Ustad Somad. Yang jelas, Tuhan tidak akan memerintahkan yang tidak baik untuk manusia.
***
Kelak, aku akan dikelilingi bidadari-bidadari syurga. Bagaimana mungkin bidadari-bidadari itu akan mendekat jika aku tidak melakukan pemotongan. Ketakutanku pun raib seketika. Aku sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi. Bukankah Nabi Ismail merelakan lehernya untuk dipotong ayahnya? Dan Tuhan menggantikannya dengan keindahan. Aku dan kiai tidak akan dipotong lehernya dengan pisau yang tajam. Aku dan kiai hanya akan menjalani hal yang lumrah, yang biasa. Hanya masalahnya padaku? Kata-kata ‘aku masih kecil’ yang membuat aku ketakutan. Tetapi, hari ini aku pejamkan mataku dan meyakinkan diri sendiri,” Semua akan baik-baik saja.”
Dua minggu lagi pemotongan itu akan dilakukan. Berbagai mitos pun diceritakan pada kiai dan aku.
“Ingat, Jangan sampai kalian melangkahi tahi ayam, apalagi sampai menginjaknya.”  Nasehat seorang laki-laki yang sudah mengalami pemotongan.
“Memangnya kenapa?” tanya kiai.
“Kau akan kesakitan…Kesakitan...”
Wow, aku tidak ingin mendengar kata-kata itu. Bermacam-macam nasehat yang diberikan pada kami. Hingga aku harus menghentikan acara bermainku bersama teman-teman. Aku hanya sekolah, setelah itu tidak kemana-mana lagi.
Dan…aku pun melanggar nasehat. Menjelang esok acara pemotongan, tanpa sengaja aku telah menginjak tahi ayam. Ini tidak sengaja. Ini malam, aku tidak melihatnya. Sungguh. Aku menjadi ketakutan. Masih terngiang nasehat itu, “Kau akan kesakitan…kesakitan…”
Aku berlari menuju kamarku dan menguncinya. Di luar sana sudah ramai. Keluarga besar sudah berkumpul. Orang-orang sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Asap-asap beraroma bumbu-bumbu masakan bercampur menusuk-nusuk perut. Aku ingin tetap di kamar ini. Aku sudah melanggar. Aku takut. Aku masih kecil…
Keesokan harinya…
Aku masih bersembunyi dalam kamar. Semalam aku tidak bisa memejamkan mata barang sekejap saja. Suara adzan subuh terdengar memilukan. Hari ini aku akan dipotong. Hari ini aku akan kesakitan. Kata Ustad Somad malaikat maut mencabut nyawa dengan sangat keras. Pedih. Ini akan terjadi padaku. Oh, seharusnya tahi ayam itu tidak aku injak.
:           ”Puko…Puko...”
“Di mana Puko?”
“Sudah jam delapan.”
Astaga, sudah jam delapan. Mereka mencariku?
Terdengar suara ketukan dengan nada empat per empat.
“Puko…”
Aku kenal suara itu. Itu suara Ubak. Aku tidak mungkin terus menahan bibirku. Aku harus membukanya. Aku takut pada Ubak. Aku takut ia marah.
“Ayo mandi, bersiaplah.” Ucap Ubak saat aku membukakan pintu kamar.
“Lihat kiaimu sudah siap. Dia sudah banyak dapat uang. Kenapa kamu sembunyi?”
Aku langsung menangis, menangis, hingga semua orang memandangku dengan senyam senyum. Umak mendekatiku, ia menciumku.
“Kamu kenapa, sayang.”
“A,,,aku,,,masih kecil, mak…Aku sudah melanggar.”
“Melanggar apa?”
“Tahi ayam.”
Umak tertawa, yang hadir pun ikut tertawa. Umak mencium pipiku sekali lagi.
“Jangan kau percaya. Itu hanya kebohongan, agar kau tidak main-main di luar rumah.”
Aku pun menghapus airmataku. Aku dimandikan, entah siapa yang memandikanku. Setelah itu aku dipakaikan kostum sama seperti kostum kiai. Kostum kebesaran raja dengan corak merah dan manik-manik kuning. Dipasangkan topi mirip topi China. Umak menciumku sekali lagi. Ubak juga. Di depan rumah sudah bertalu-talu suara musik yang riang, kadang juga syahdu. Aku dan kiai dinaikkan di atas gerobak tinggi. Luar biasa, kami seperti putra mahkkota dari kerajaan Sriwijaya.
Sebelum naik, Umak mendekati kami. Diciumnya aku dan kiai. Berkali-kali Umak menciumi kami. Ubak hanya tersenyum. Dan sedetik kemudian airmata jatuh dari pelupuk mata mereka. Aku tahu, mereka menangis bukan karena bersedih. Mereka bahagia. Aku pun tanpa sadar menitikkan air mata, begitu pula Kiai. Inilah awal kehidupan itu.
Semua teman-temanku ikut mengiringi perjalanan kami. Aku dan kiai akan di arak keliling kampung. Aku melihat laki-laki yang mengajarkan untuk tidak mengijnak tahi ayam. Ia nampak tertawa memperhatikanku. Mungkin aku memang bodoh, sampai harus bersembunyi. Inilah hal yang tidak bisa kulupakan. Jika mengingatnya aku akan menitikkan airmata. Begitu istimewanya pesta ini. Orangtua kami begitu menyayangi kami.


***
Setelah puas diarak. Acara yang mengerikan pun dimulai. Kiai yang duluan, aku masih menunggu. Aku tidak melihatnya, aku hanya mendapatkan kabar. Pemotongan itu berdarah. Ah, aku semakin ketakutan. Tidak, aku tidak boleh takut. Malu, jika pemotongan ini tidak terjadi. Aku malu pada teman-temanku. Akhirnya giliranku, kostum kebesaran telah diganti dengan sarung. Aku berdoa pada Tuhan, “Ya Allah, aku ingin bertemu bidadari-Mu. Mudahkanlah, semoga tidak ada kesakitan. amin…”
Aku menggigit bibirku dengan cukup keras. Menyakitkan memang. Tetapi hanya sekejap, setelah itu dingin yang kurasakan.  Aku juga sempat tersenyum ,saat bapak-bapak bermain teka-teki.
“Lebih susah mana, melahirkan atau disunat?”
“Melahirkan…” Jawab mereka kompak.
“Salah.”
“Lo?”
“Iya buktinya, disunat cuma sekali seumur hidup. Sedangkan melahirkan bisa berkali-kali. Itu artinya apa? disunat lebih menyakitkan daripada melahirkan.”
Sontak semua tertawa, termasuk mantri yang akan memotongku, aku pun ikut tersenyum. Meski sakit.

Catatan:
Umak = Ibu
Ubak = Ayah
Kiai = Kakak

Ayahku Jagoan



Ayahku jagoan. Kata teman-teman, ayahku seperti Ramboo. Aih, bukan main senangnya aku memiliki ayah sehebat ayahku.Tetapi jangan pikir kalau tubuh dan isi dadanya  100% terbuat dari baja. Tidak, ayah mempunyai hati yang lembut bahkan aku pernah melihatnya menitikkan air mata. Dan yang lebih luar biasa lagi ayahku pintar memainkan gitar. Gitar tua yang katanya pemberian sahabat lamanya telah menjadi istri kedua ayah. Tahukah kau kawan, gitar tua itu menjadi kenangan yang tidak bisa ayah lupakan. Meskipun amnesia menjemput ingatannya, ayah tidak akan bisa melupakannya. Gitar tua itu merupakan mahar ayah untuk melamar bunda. So sweet kan ? :)

Dalam aku termenung hatiku selalu
Teringat padamu, hei kekasihku
Tak dapat kulupakan meskipun kau jauh
Bila kah engkau datang, hei kekasihku

Jika ayah sudah melantunkan lagu itu, burung pipit akan hinggap di pucuk pohon jambu depan rumah kami. Petikan gitar dan suara ayah seolah memanggil mereka untuk sejenak menyaksikan hiburan gratis. Ajaib memang, sangat mempesona. Suara ayah hampir mengalahkan vokalnya Imam S. Arifin. Begitu amboi. Apalagi jika ayah melantunkannya di waktu senja ditemani desir angin yang halus. Ayah begitu menjiwai, ekspresi kesahduannya membuat langit ngilu.

"Kenapa ayah sangat menyukai lagu itu?" Tanyaku.
"Bukan cuma ayah yang sangat menyukainya. Bundamu juga."

Ayahku lelaki paling setia yang aku tahu. Itu yang membuatku mengidolakannya melebihi Romeo dalam kisah cinta Romeo and Juliet. Ayahku masih muda, ayah juga punya cukup harta. Ayah bisa saja memacari wanita-wanita yang ia suka. Tetapi, sudah kukatakan. Ayahku adalah laki-laki yang luar biasa.

"Kenapa ayah begitu mencintai bunda? Begitu istimewakah bunda?"

"Ketulusan hati Bundamu seperti Khadijah. Kecantikannya seperti Aisyah. Ayah tidak bisa menemukan sosok bundamu dari perempuan lain."

"Berarti Yuza tidak akan bisa memiliki istri seperti bunda?"

Ayah tersenyum mendengar pertanyaanku.

"Yuza masih kecil. Apa Yuza sudah mau menikah?" Ayah kembali tersenyum.

"Yuza takut tidak bisa mendapatkan istri seperti bunda, ayah."

"Yuza..kamu jadi anak yang baik saja, belajar yang rajin, dan selalu doakan bundamu. Jika kau ingin mencari hati bundamu dari perempuan lain. Kau tidak akan menemukannya. Tetapi ayah percaya, kelak kamu akan mendapatkan istri yang baik, yang soleha. Yang penting kamu harus jadi anak yang baik. Umurmu baru 13 tahun. Perjalananmu masih panjang." Ayah mengusap kepalaku lembut. Lalu kembalii dipetiknya gitar tua itu dan kembali bernyanyi.

Duduk sini nak, dekat pada bapak
Jangan kau ganggu ibumu
Turunlah lekas dari pangkuannya
Engkau lelaki kelak sendiri

Ayah melantunkan lagu Iwan Fals, aku bahagia mendengar lagu itu. Lagu yang mengisyratkan ketegaran dan keberanian untuk menghadapi dunia masa depan,, meski sendiri.  Aku lihat di pucuk pohon jambu, burung-burung masih bertengger dengan damainya. Seakan ada isyarat yang ingin mereka katakan. Seakan mereka juga ingin ikut bernyanyi bersama kami. Nun jauh di awan sana, Aku percaya bunda melilhat kebahagiaan ini. Bunda melihat kami dari cermin yang ada di syurga. Aku selalu membayangkan jika bunda ada di sini, pasti suasana akan lebih berarti. Semenjak aku fasih mengeja nama ayah, aku tidak lagi melihatnya di sini. Tetapi aku tidak bersedih. Ayah melarangku untuk menjatuhkan airmata setitik saja. Meski diam-diam aku pernah mendapati ayah menangis tatkala ia menggenggam foto bunda.

RISALAH INI BERNAMA TANYA


Tuhan…Saat pertama tangisku mengudara di bumi-Mu, saat itulah kesejukan merasuki gendang telingaku. Sebelum aku mengeja dunia ini lebih jauh, sebelum aku tahu manisnya gula dan asamnya cuka, sebelum  aku tahu ada tawa juga ada tangis. Kata ibu, Ayah telah mengenalkan nama-Mu lewat panggilan suci, Adzan. Aku tidak tahu untuk apa? Hanya mencoba mengerti bahwa tiada yang abadi selain Dirimu. Terlebih saat mereka, orang-orang terdekat, Kau renggut tanpa permisi.

Tuhan…Aku ingin marah pada-Mu, Kenapa kau ciptakan luka? Kenapa kau hadirkan tangis? Kenapa musibah menimpa bertubi-tubi?  Apa Salah kami? Tetapi, aku tersadar, Kau yang menggemgam jiwa ini. Bahkan nafas yang tersisa ini adalah milik-Mu.

Tuhan…Lihatlah! Perempuan yang hanya nampak tulang di sana. Dulu, ia tidak seperti itu. Dulu, ia teramat bahagia melihat anak-anaknya bercanda, tertawa, bertengkar kecil. Kini, semuanya nampak berbeda. Wajahnya jarang menyimpulkan senyum, terlihat jelas sisa-sisa luka yang masih menggelayut dengan sempurna. Apa yang telah Kau lakukan Tuhan? Apa kesalahannya. Dia itu ibuku. Aku sudah bosan memungut air mata dukanya.

Lihat juga laki-laki berkumis di sana. Ia memang masih terlihat kokoh, berbeda dengan ibu. Tetapi aku tahu, dalam jiwanya penuh kegalauan. Lihatlah, jarang sekali dia di rumah. Hanya malam ketika mata sudah mengajak sunyi bermimpi, itu pun jika hatinya sedikit tenang. Ia, laki-laki itu sengaja menyibukkan dirinya di luar rumah. Bekerja dan bekerja. Untuk apa? Ia tidak ingin larut dalam duka. Ia ingin menumpahkan sakitnya pada kesibukannya. Lelaki itu ayahku. Ayah yang teramat tegar meski semua yang ia lakukan berakhir dengan kekecewaan.

Tuhan…Kau tahu kan, Ibu selalu mengajarkanku doa. Sebelum dan sesudah tidur, sebelum dan sesudah makan, sebelum dan sesudah bepergian, sebelum apa pun, sesudah apa pun. Ibu selalu menyuruhku untuk menyebut-Mu di mana pun, apa pun yang aku lakukan. Ibu sangat mencintai-Mu Tuhan. Apakah Kau juga mencintai Ibu?

Begitu pun Ayah. Ayah selalu mengajarkan pada kami untuk berbuat baik pada siapa saja. Untuk selalu menjalankan perintah-Mu dan meninggalkan larangan-Mu. Sesungguhnya aku beruntung dilahirkan dari ibu yang lembut hatinya juga ayah yang teramat bijaksana. Tetapi kenapa, cobaan tiada henti Kau berikan untuk Kami Tuhan? Kenapa?

Mei 2000…
Telah Kau ambil, ia kakak perempuanku yang baru saja menyelesaikan SMAnya. Dia yang begitu manis dengan dua tahi lalat di atas bibirnya. Kata mitos, orang yang punya tahi lalat di situ, orangnya cerewet dan pemarah. Hahaha, tapi memang tidak salah. Ia memang cerewet, cerewet untuk menyuruhku tidak banyak bermain di luar rumah. Sesungguhnya kakak perempuanku itu teramat baik. Ia cerewet juga karena ia baik. Ia sayang pada kami. Ah, aku masih ingin lama bersamanya. Dialah yang pertama kali mengajarkanku bagaimana cara menggunakan sepatu bertali. Tuhan…Kenapa secepat itu ia Kau ambil dari kami? Di tengah hari yang terik, udara seperti api. Kakak perempuanku kecelakaan. Rumah sakit hanya mampu merawatnya selama 3 hari. Setelah itu? Ibu terkulai, ayah seperti daun gugur…
Tuhan…kami menangis, tetapi kami tetap bersabar. Karena kami percaya, semua ini yang terbaik untuk kami.

November 2007…
Telah Kau benamkan saudaraku satu-satunya. Ia yang hidupnya dipenuhi ambisi mimpi. Mimpi-mimpi untuk membangun rumah indah, untuk membahagiakan orangtua, untuk menggapai bintang. Ia kakakku, sosok yang sangat bersahabat dengan laut. Laut adalah dirinya dan dirinya adalah laut. Tetapi kenapa? Kenapa semua mimpi-mimpi indah itu harus secepat itu terhenti? Kenapa secepat itu senyum Kau hapus dari bibir ayah dan ibu? Kenapa Kapalnya Kau tenggelamkan. Bahkan hingga saat ini tiada kabar dari sesiapa, tidak juga dari camar yang selalu terbang menghiasi udara laut. Entah kemana pemimpi gila itu?  Masih adakah di bumi ini atau sudah lenyap  dimakan hantu laut. Di mana Tuhan, dimana kakakku?
Tuhan…Dia kakak laki-lakiku satu-satunya, Dia masih muda, dia sangat dibanggakan orangtuaku. Lihatlah, ibu sakit-sakitan hingga tubuhnya berbungkus tulang. Ayah seperti hidup tanpa arah yang jelas. Mereka sudah cukup tegar, mereka lelah untuk tetap tegar. Kau tahu kan, badai datang bertubi-tubi menguji bahtera yang ayah kemudikan. Bahkan mereka pernah hampir memutuskan untuk berpisah. Banyak hal yang kutemukan tidak sesuai dengan apa yang diinginkan.  Menari di atas darah itulah mereka.
Tuhan…bukan maksudku untuk menyalahkan-Mu. Bukan pula aku mengeluh. Bukan juga aku tidak bisa menerima takdir-Mu. Tetapi, aku hanya ingin tidak ada lagi air mata hadir di pelupuk ibu, di pipi ayah. Aku ingin agar semuanya kembali seperti dulu. Seperti senyum bidadariku yang cantik. Seperti tatap lembut jagoanku yang gagah.
Tuhan…Aku ingin seperti dulu. Ya seperti dulu lagi.

Subhanallah…Maha Suci Engkau..
Maapkan kami yang kotor ini. Kami terlalu rapuh untuk bisa memahami-Mu. Terutama aku, aku selalu berprasangka buruk atas apa yang telah Kau timpakan pada kami. Tuhan…Bersihkan hatiku, hati ibu, hati ayah. Berilah penerang pada kami. Agar kami tetap istiqomah bersujud pada-Mu.
Allahuakbar…Kau lah yang Maha Besar
Kami ini hanya kecebong kecil di hadapan-Mu. Maka kumohon, beri kami hidup yang bahagia, tanpa luka, tanpa bukit lara. Jadikanlah kami orang-orang yang hatinya seperti telaga. Tenang, damai,  dan tetap sabar.
Tuhan…Aku ingin melihat ibu kembali tersenyum seperti dulu. Aku tidak ingin ia larut dalam kepedihan. Aku sudah bosan melihat air matanya.Ia menangis saat menggenggam poto kakak-kakakku, ia menangis menyaksikan pernikahan teman kakak-kakakku, ia menangis dengan semua memori yang tidak bisa dihilangkan. Aku sudah berusaha untuk selalu menenangkan ibu. Tetapi aku justru ikut menangis saat ibu memelukku.
Tuhan…Aku rindu Sholat jumat bersama ayah. Sudah lama…Ia teramat sibuk dengan pekerjaannya. Aku ingin seperti mereka yang setelah Jumat selesai, mereka mencium tangan ayahnya. Oh Ayah, untuk apa? Untuk apa kau terlalu menyibukkan diri bila untuk melupakan sakitmu? Ikhlaskan ayah, ikhlaskan…
Ketika Mawarku, Kau renggut tanpa permisi
Saat itulah jiwaku begitu tersakiti

Ketika Pedangku,Kau benamkan di dasar misteri
Saat itulah hatiku menjerit ngeri

Ketika Anggrekku layu,bertahun-tahun tanpa mentari
Saat itulah Aku ingin jauh berlari
Ketika Semua  masalah menghampiri dan hatiku sangat terbebani
Saat itulah aku bertanya, Untuk apa aku di sini?

Aku marah, aku benci, aku meratap
Aku marah pada-Mu, Kenapa kau ambil semua yang Kau beri?
Aku benci pada-Mu, kenapa harus mereka?
Aku meratap, mencari arti apa sesungguhnya yang Kau mau..

Oh aku salah
Kini aku mengerti…

Tuhan
Mawarku boleh kau rengggut..
Pedangku silahkan kau benamkan
Anggrekku biarkan tetap layu..
Mereka bukan milikku, Mereka milik-Mu..
Bahkan nafas yang tersisa ini berada dalam genggaman-Mu.













Selasa, 25 September 2012

Berpikirlah !

Manusia adalah sebaik-baik makhluk. Lihatlah, bagaimana pemilik alam semesta  memperlakukan manusia. saat pertama diciptakan, Allah memerintahkan pada seluruh makhluk untuk memberi penghormatan kepada Adam. Bagaimana mungkin cahaya tunduk pada tanah. Bagaimana mungkin tanah lebih mulia dari api. Maka, iblis menentang sang pencipta.

"Bagaimana mungkin? aku ini api, sedang dia tanah?"
"Aku lebih tahu, sedang kamu tidak tahu. Ikutilah Aku."
Iblis tidak mau peduli. Dia tidak ingin sujud pada Adam. Bukan hanya iblis yang bertanya, malaikat pun bertanya.Maka Allah bertanya pada adam tentang nama-nama. Takjub, Adam menyebutkannya dengan fasih. Iblis tetap tidak ingin mengakui keunggulan adam. Iblis tidak menerima apa yang dituliskan Allah.Maka, Allah menghukum iblis. Neraka itu luas, dan akan diperuntukkan untuk iblis dan yang serupa dengan iblis.

"Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat. pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan aku pasti menyesatkan mereka semuanya-Al-Hijr:39)
Sejak saat itulah permusuhan terjadi, dendam berkepanjangan. Sepanjang hidup masih ada, permusuhan antara iblis dan manusia akan terus berjalan. Tidak ada perdamaiaan. Tidak akan pernah ada.


Manusia adalah sebaik-baik makhluk. Kenapa? Coba perhatikan burung, sejak zaman nol hingga zaman sekarang, rumah yang dibuat, tidak pernah berubah, seperti itu-itu saja. Coba perhatikan rumah manusia, dengan segala corak dan arsitek, rumah manusia semakin mendekati akhir zaman semakin mempesona. Manusia disebut sebaik-baik mahluk karena manusia diberikan pikiran, cinta, dan hati.

Iqro'. Sang Maha menyeru manusia untuk membaca. Bacalah, bacalah wahai manusia. Bacalah. Apa yang harus kami baca. Kamu telah diberikan akal, bacalah kehidupan ini. Bacalah dengan menyebut nama Tuhan-mu yang menciptakan(Al-alaq).

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal-Ali-Imran:190)"

Lihatlah, perhatikan. Bagaimana Allah memuliakan orang-orang yang ingin menggunakan akalnya. Allah mencintai orang-orang yang berpikir.

Mari, kita ulang kisah Ibrahim.
Ibrahim adalah nabi yang sangat menggunakan akalnya. Manusia pencari Tuhan, yang banyak bertanya. Siapa itu Tuhan? Tatkala malam menjelma, Ibrahim menyaksikan purnama? Apakah itu Tuhan? Tapi tanya itu terpupus tatkala bulan digantikan mentari. Ah, Tuhan tidak mungkin hilang. Lalu ketika datang mentari, Ibrahim bertanya lagi. Apakah itu Tuhan? Sungguh cahayanya menyilaukan, menghangatkan pagi. Apakah itu Tuhan. Namun tanya itu kembali pupus tatkala senja hilang dalam peraduannya. Tuhan tidak mungkin hilang. Tuhan tidak mungkin timbul tenggelam. Bertanya dan terus mencari. Hingga Ibrahim mendapatkan petunjuk yang sejati. Hingga api tak mampu membakar tubuhnya. Hingga Ibrahim mulia sebagai bapak para nabi.

Lalu, apakah kita tak ingin seperti Ibrahim?
Bertanya dan bertanya?
Mungkin kita tak harus mencari Tuhan. Sebab kita telah terlahir dari rahim ibu yang sewaktu kita dalam selendangnya, ibu selalu menyanyikan lagu "La Ila Ha ilallah". sebab kita telah tumbuh dari jerit keringat ayah yang sejak kita lahir telah menghapus airmata kita dengan suara adzannya. Lalu apa yang harus kita tanyakan? Apa yang harus kita pikirkan?

Berpikirlah. Berpikirlah tentang segalanya. Jika kau remaja atau seorang 'pencinta', berpikirlah,apakah pacaran itu dibolehkan Allah. Apakah harus bergandengan tangan, menyentuh jemari kekasihmu atau mengusap pipinya dengan kelembutan yang kau menamainya cinta. padahal, dia bukanlah siapa-siapa. Bukan istri, bukan suami, dia itu orang lain, yang kapan saja bisa pergi meninggalkan hati lalu kita menangis. Haruskah kita menceritakan semuanya pada dia yang tak halal, tentang apa saja yang kita lakukan. Haruskah menyuruhnya makan, menyuruhnya untuk tidak terlalu lelah, sms setiap waktu, menelponnya hingga telinga panas. Hei, sudahkah kau lakukan itu pada ibumu. Sudahkah kau buatkan secangkir teh manis untuk ayahmu sebelum ia bekerja?

Berpikirlah. Berpikirlah tentang segalanya.
Jika kau sedang sekolah. Jika kau sedang kuliah. Berpikirlah ! Haruskah melakukan segala cara untuk mendapatkan nilai yang besar. Haruskah berbohong demi ambisi yang mungkin sekedar untuk mendapatkan pujian, mendapatkan penghargaan. Hei, lebih berartikan nilai 100 dibandingkan neraka?
Kau membenci korupsi tapi tanpa kau sadari, kau telah belajar untuk seperti mereka para koruptor.

Berpikirlah. Berpikirlah tentang segalanya.
Jika kau seorang perempuan tersenyumlah. Sebab Allah terlalu sayang padamu duhai mahluk cantik. Maka berpikirlah, kenapa Allah menyuruhmu untuk hanya menampakkan muka dan telapak tangan saja. Apakah Allah kejam? Tidak bukan? Allah begitu perhatian padamu duhai mahluk cantik. Allah ingin melindungimu dari tangan-tangan lelaki yang di jiwanya dipenuhi nafsu syetan. Allah ingin melihatmu bukan hanya cantik tapi juga anggun. Yang hargamu begitu mahal hingga tak ada satu mata uang pun yang dapat membelimu. Tidak ada intan seindahmu, tak ada mutiara secantikmu. Maka, berpikirlah, tutuplah auratmu. Allah sayang dan peduli padamu tapi kenapa kau sendiri tidak pernah mau peduli padamu.


Berpikirlah. Berpikirlah tentang segalanya.
Jika kau seorang laki-laki.Berpikirlah kenapa Allah menyuruhmu menundukkan pandangan. Kenapa? Bukankah kau punya ibu? Barangkali juga kau punya saudara perempuan. Bagaimana perasaanmu jika ibumu diganggu. Bagaimana perasaanmu jika saudara perempuanmu menangis meminta pertanggungjawaban pada lelaki yang telah hilang sejak 'peristiwa' itu. Kau akan marah bukan? Maka berpikirlah. Berhentilah mengganggu perempuan-perempuan yang sesungguhnya mereka teramat lemah untuk tidak tergoda pada kepandaianmu memperlakukannya. Kepadandaianmu dalam merayu hingga apapun akan diberikan perempuan. Tidak. Kumohon, jangan lakukan. Ingat! Ingat ibumu. Ingat saudara perempuanmu. Berpikirlah duhai lelaki yang akan dinaungi kesejukan saat mataharai sepenggal di kelapamu. Sebab kau telah mampu menahan godaan yang bernama perempuan. Itu janji langit. Percayalah.

Berpikirlah. Berpikirlah tentang segalanya.
Jika kau suka menonton berita di televisi. Berpikirlah kenapa tidak ada berita yang indah. Kenapa negeri ini penuh dengan airmata dan ketidakadilan. Berpikirlah kenapa banyak anak-anak telantar yang tidak dipelihara negara,Berpikirlah kenapa masih banyak sekolah seperti kandang sapi. Berpikirlah, kenapa negeri kaya negeri karya ini harus bersimbab luka. Berpikirlah, sampai kapan bangsa ini seperti ini.

Berpikirlah. Berpikirlah tentang segalanya.
....................................


Silahkan titik-titiknya diisi sendiri ya:)